Dunia Sementara.. Akhirat Selamanya....
Saya ambil petikan ini dari blog kawan saya dan saya rasa memang patut kita baca bersama.
"Ibuuu… jangan tinggalkan akuuu… !! Ibuuuuu.. jangan pergiiii…. ! Teriak Iwan ketika didapatinya ibunya terbujur kaku di atas papan. Wajahnya nampak sekilas senyuman. Tubuhnya dingin membeku. Dipeluknya tubuh ibunya dan digoncang-goncangkan, namun tetap saja ibunya tidak bangun untuk memberikan senyuman dan belaian seperti yang biasa ia lakukan jika anaknya yang dirantau pulang. Derai air mata menggusur deras dari mata Iwan. Terlihat sesal tiada tara memenuhi wajahnya. Mendung nya sama seperti mendung di langit saat itu. Hujan mengguyur lagi, seperti ikut berduka mendalam atas kepergian seorang perempuan tua. Rohnya telah pergi jauh, jauuuh sekali. Dan Iwan hanya terlihat meyesali keterlambatannya untuk segera pulang.
**-**
Ibu adalah ibarat mentari yang menyinari setiap saat. Ibu adalah nafas kehidupan. Oase pelepas dahaga. Surga sebelum surga, Cahaya sebelum cahaya, begitu kata Anif Sirsaeba. Betapa besarnya kasih seorang ibu kepada kita. Cintanya yang dalam kepada kita sudah ditanamkan sejak kita masih berada di dalam perutnya. Belaian lembut dari jemari nya melebihi sutra. Harapan dan kasih sayangnya melebihi rindunya seorang kekasih. Cinta seorang Ibu kepada anaknya begitu hebat hingga tak mampu kita mengukurnya. Bersyukurlah kita yang dilahirkan dan memiliki ibu yang selalu setia mendampingi kita setiap saat. Hingga Nabi, ketika datang seorang pemuda menanyakan tentang apakah perbuatan baik kepada ibunya selama ini mampu membalas jasa kesetiaan ibunya sejak masih kecil hingga dewasa. Maka jawab nabi "Semua yang engkau lakukan tak akan mampu membalas kebaikan ibumu walau hanya satu pukulan tanganmu di dalam perut ibumu".
Jika kita masih ingin berharap segala kemudahan datang kepada kita, maka segeralah berbuat apa saja yang mampu menyenangkan hati Ibu kita, Ibu adalah ladang tempat kita menanam benih kebaikan hingga mampu mendatangkan Redqa Allah. Apa saja yang sekiranya kita bisa kerjakan maka segera kita kerjakan. Janganlah sampai kita menyia-nyiakan kesempatan yang masih ada pada kita. Kesempatan untuk berbakti tak akan datang kedua kali. Selama Ibu kita masih hidup, inilah peluang terbesar bagi kita untuk membuat Allah tersenyum kepada kita. Senyuman Ibu kita yang dilemparkan kepada kita dengan ihklas menandakan bahwa Allah senang kepada kita. Sungguh, orang tua kita tidak akan pernah berharap banyak kepada kita untuk membalas budi dan jasa mereka selain cukup dengan melihat kita bahagia maka mereka akan merasakan kebahagiaan pula. Orang tua tidak pernah mengharapkan apa² dari kita. Cukup dengan melihat kita sehat maka hati mereka akan tenteram. Ibu kita telah diciptakan oleh Allah sebagai tempat kita berbagi. Segala keluh kisah kita setiap saat selalu siap untuk didengarnya. Bahkan segala kesusahan kita akan menjadikan seorang ibu demam tiada terkira. Ibu kita, Allah menghendakinya untuk tempat kita beramal dan memudahkan segala langkah yang kita buat. Percaya atau tidak, jika kita bisa menyenangkan hati ibu kita dan berbuat sesuatu yang menjadikan ibu kita bahagia, maka tak akan lama lagi Allah akan membantu kita dan segala usaha baik kita. Maka itulah maksud Nabi mengatakan "Ibumu, Ibumu, Ibumu"
Sering kita tidak menyadari betapa besar jasa ibu kepada kita. Berapa banyak sudah tenaga, waktu dan pikirannya tercurah guna mendidik kita. Ibu telah bertaruh nyawa dan darah agar kita dapat terlahir dengan selamat dan sehat. Ibu telah berjuang dengan hebat agar kita menjadi anak yang baik dan berguna. Namun jasa ibu yang demikian besar seolah tidak nampak di mata kita. Dia yang telah mendidik kita dari kecil, mulai dari melahirkan, menyusui, memandikan, yang selalu membersihkan kotoran kita, yang sering terjaga di malam hari untuk menunggui kita agar kita dapat tidur dengan nyenyak, yang sering menyuapi kita, yang selalu mengasuh kita dengan tangan dan hatinya yang penuh kasih sayang dan kesabaran, yang selalu lelah karena menggendong kita, yang selalu menyeka keringat kita, yang selalu menghapus air mata kita, yang selalu menyiapkan sarapan pagi dan masakan buat kita, adalah danau kehidupan yang airnya tidak pernah kering. Ibu seolah pohon rindang yang selalu menaungi kita. Ibu adalah lentera yang selalu menyala dan api kasih sayangnya tidak pernah padam. Namun sering sekali kita tidak memperhatikan dan berpikir betapa besar jasa ibu kepada kita.
Jika kita masih ingin berharap Allah membantu segala usaha kita, maka banyak-banyak berbakti kepada kedua orang tua kita, terutama sekali ibu kita. Kita mesti mencari peluang untuk dapat menyenangkan hati ibu kita. Dengan sedikit atau banyak perbuatan yang dapat membahagiakan ibu kita maka akan sangat baik bagi kita. Ibu adalah pintu keredhaan Allah kepada kita. Ibu adalah sungai yang dengan air cintanya dapat memudahkan jalan hidup kita. Kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Selagi ibu kita masih hidup, ertinya ladang keridhaan Allah terbuka lebar buat kita untuk segera kita tanami dengan benih-benih bakti dan tak lama lagi kita akan segera mendapat hasilnya. Jangan sampai ada kata-kata yang keluar dari mulut kita yang melukai ibu kita. Namun jika tanpa sengaja kita melakukannya maka segeralah bersimpuh di kakinya untuk meminta maaf. Maaf adalah kata-kata terindah yang mampu meredam murka Allah kepada kita. Karena jika kita menyakiti hati ibu apalagi sampai menzaliminya maka murka Allah akan datang kepada kita. Doa ibu yang terzalimi oleh anaknya yang durhaka akan dibayar cash oleh Allah. Tidak ada hijab antara Ibu dengan Allah Swt. Dan yang terbesar durhaka kepada Ibu akan membuat Allah murka. Durhaka kepada ibu merupakan dosa besar yang untuk menghapusnya hanyalah dengan taubat nasuha dan menyesali kesalahan yang pernah dibuat, serta meminta maaf kepada Ibu kita. Selagi ibu kita belum memaafkan jangan harap segala urusan kita akan lancar. Seorang pemuda yang menghadapi naza/sakaratul maut akan kesulitan dan tersiksa jika ia masih punya dosa dan pernah menyakiti hati ibunya sehingga ibunya tidak redha. Begitulah yang terjadi pada seorang pemuda pada jaman Nabi.
Maka dari itu selagi masih ada kesempatan jangan sia-siakan peluang itu. Selagi ibu kita masih hidup maka segeralah ambil tindakan untuk menyenangkan hatinya. Jangan sampai kita menyesal seperti drama kehidupan yang terjadi pada Iwan yang kehilangan peluang untuk membalas segala kebaikan ibunya. Ibunya telah terbujur kaku dan ruhnya telah pergi jauh sebelum ia sempat memberikan yang terbaik baginya. Penyesalan tak ada gunanya. Yang terbaik adalah lakukan sekarang. Pulang dan segera raih kesempatan itu. Cium tangan ibu kita dan minta restunya.
Rabu, 23 November 2011
HARGAILAH
Posted by Ainizam at 3:03 PTG
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
0 comments:
Catat Ulasan