Dunia Sementara.. Akhirat Selamanya....
Saya ambil petikan ini dari blog kawan saya dan saya rasa memang patut kita baca bersama.
"Ibuuu… jangan tinggalkan akuuu… !! Ibuuuuu.. jangan pergiiii…. ! Teriak Iwan ketika didapatinya ibunya terbujur kaku di atas papan. Wajahnya nampak sekilas senyuman. Tubuhnya dingin membeku. Dipeluknya tubuh ibunya dan digoncang-goncangkan, namun tetap saja ibunya tidak bangun untuk memberikan senyuman dan belaian seperti yang biasa ia lakukan jika anaknya yang dirantau pulang. Derai air mata menggusur deras dari mata Iwan. Terlihat sesal tiada tara memenuhi wajahnya. Mendung nya sama seperti mendung di langit saat itu. Hujan mengguyur lagi, seperti ikut berduka mendalam atas kepergian seorang perempuan tua. Rohnya telah pergi jauh, jauuuh sekali. Dan Iwan hanya terlihat meyesali keterlambatannya untuk segera pulang.
**-**
Ibu adalah ibarat mentari yang menyinari setiap saat. Ibu adalah nafas kehidupan. Oase pelepas dahaga. Surga sebelum surga, Cahaya sebelum cahaya, begitu kata Anif Sirsaeba. Betapa besarnya kasih seorang ibu kepada kita. Cintanya yang dalam kepada kita sudah ditanamkan sejak kita masih berada di dalam perutnya. Belaian lembut dari jemari nya melebihi sutra. Harapan dan kasih sayangnya melebihi rindunya seorang kekasih. Cinta seorang Ibu kepada anaknya begitu hebat hingga tak mampu kita mengukurnya. Bersyukurlah kita yang dilahirkan dan memiliki ibu yang selalu setia mendampingi kita setiap saat. Hingga Nabi, ketika datang seorang pemuda menanyakan tentang apakah perbuatan baik kepada ibunya selama ini mampu membalas jasa kesetiaan ibunya sejak masih kecil hingga dewasa. Maka jawab nabi "Semua yang engkau lakukan tak akan mampu membalas kebaikan ibumu walau hanya satu pukulan tanganmu di dalam perut ibumu".
Jika kita masih ingin berharap segala kemudahan datang kepada kita, maka segeralah berbuat apa saja yang mampu menyenangkan hati Ibu kita, Ibu adalah ladang tempat kita menanam benih kebaikan hingga mampu mendatangkan Redqa Allah. Apa saja yang sekiranya kita bisa kerjakan maka segera kita kerjakan. Janganlah sampai kita menyia-nyiakan kesempatan yang masih ada pada kita. Kesempatan untuk berbakti tak akan datang kedua kali. Selama Ibu kita masih hidup, inilah peluang terbesar bagi kita untuk membuat Allah tersenyum kepada kita. Senyuman Ibu kita yang dilemparkan kepada kita dengan ihklas menandakan bahwa Allah senang kepada kita. Sungguh, orang tua kita tidak akan pernah berharap banyak kepada kita untuk membalas budi dan jasa mereka selain cukup dengan melihat kita bahagia maka mereka akan merasakan kebahagiaan pula. Orang tua tidak pernah mengharapkan apa² dari kita. Cukup dengan melihat kita sehat maka hati mereka akan tenteram. Ibu kita telah diciptakan oleh Allah sebagai tempat kita berbagi. Segala keluh kisah kita setiap saat selalu siap untuk didengarnya. Bahkan segala kesusahan kita akan menjadikan seorang ibu demam tiada terkira. Ibu kita, Allah menghendakinya untuk tempat kita beramal dan memudahkan segala langkah yang kita buat. Percaya atau tidak, jika kita bisa menyenangkan hati ibu kita dan berbuat sesuatu yang menjadikan ibu kita bahagia, maka tak akan lama lagi Allah akan membantu kita dan segala usaha baik kita. Maka itulah maksud Nabi mengatakan "Ibumu, Ibumu, Ibumu"
Sering kita tidak menyadari betapa besar jasa ibu kepada kita. Berapa banyak sudah tenaga, waktu dan pikirannya tercurah guna mendidik kita. Ibu telah bertaruh nyawa dan darah agar kita dapat terlahir dengan selamat dan sehat. Ibu telah berjuang dengan hebat agar kita menjadi anak yang baik dan berguna. Namun jasa ibu yang demikian besar seolah tidak nampak di mata kita. Dia yang telah mendidik kita dari kecil, mulai dari melahirkan, menyusui, memandikan, yang selalu membersihkan kotoran kita, yang sering terjaga di malam hari untuk menunggui kita agar kita dapat tidur dengan nyenyak, yang sering menyuapi kita, yang selalu mengasuh kita dengan tangan dan hatinya yang penuh kasih sayang dan kesabaran, yang selalu lelah karena menggendong kita, yang selalu menyeka keringat kita, yang selalu menghapus air mata kita, yang selalu menyiapkan sarapan pagi dan masakan buat kita, adalah danau kehidupan yang airnya tidak pernah kering. Ibu seolah pohon rindang yang selalu menaungi kita. Ibu adalah lentera yang selalu menyala dan api kasih sayangnya tidak pernah padam. Namun sering sekali kita tidak memperhatikan dan berpikir betapa besar jasa ibu kepada kita.
Jika kita masih ingin berharap Allah membantu segala usaha kita, maka banyak-banyak berbakti kepada kedua orang tua kita, terutama sekali ibu kita. Kita mesti mencari peluang untuk dapat menyenangkan hati ibu kita. Dengan sedikit atau banyak perbuatan yang dapat membahagiakan ibu kita maka akan sangat baik bagi kita. Ibu adalah pintu keredhaan Allah kepada kita. Ibu adalah sungai yang dengan air cintanya dapat memudahkan jalan hidup kita. Kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Selagi ibu kita masih hidup, ertinya ladang keridhaan Allah terbuka lebar buat kita untuk segera kita tanami dengan benih-benih bakti dan tak lama lagi kita akan segera mendapat hasilnya. Jangan sampai ada kata-kata yang keluar dari mulut kita yang melukai ibu kita. Namun jika tanpa sengaja kita melakukannya maka segeralah bersimpuh di kakinya untuk meminta maaf. Maaf adalah kata-kata terindah yang mampu meredam murka Allah kepada kita. Karena jika kita menyakiti hati ibu apalagi sampai menzaliminya maka murka Allah akan datang kepada kita. Doa ibu yang terzalimi oleh anaknya yang durhaka akan dibayar cash oleh Allah. Tidak ada hijab antara Ibu dengan Allah Swt. Dan yang terbesar durhaka kepada Ibu akan membuat Allah murka. Durhaka kepada ibu merupakan dosa besar yang untuk menghapusnya hanyalah dengan taubat nasuha dan menyesali kesalahan yang pernah dibuat, serta meminta maaf kepada Ibu kita. Selagi ibu kita belum memaafkan jangan harap segala urusan kita akan lancar. Seorang pemuda yang menghadapi naza/sakaratul maut akan kesulitan dan tersiksa jika ia masih punya dosa dan pernah menyakiti hati ibunya sehingga ibunya tidak redha. Begitulah yang terjadi pada seorang pemuda pada jaman Nabi.
Maka dari itu selagi masih ada kesempatan jangan sia-siakan peluang itu. Selagi ibu kita masih hidup maka segeralah ambil tindakan untuk menyenangkan hatinya. Jangan sampai kita menyesal seperti drama kehidupan yang terjadi pada Iwan yang kehilangan peluang untuk membalas segala kebaikan ibunya. Ibunya telah terbujur kaku dan ruhnya telah pergi jauh sebelum ia sempat memberikan yang terbaik baginya. Penyesalan tak ada gunanya. Yang terbaik adalah lakukan sekarang. Pulang dan segera raih kesempatan itu. Cium tangan ibu kita dan minta restunya.
Rabu, 23 November 2011
HARGAILAH
Posted by Ainizam at 3:03 PTG 0 comments
SEDIH2
Jom kita selami bersama n buat satu perubahan dlm idup sbelum terlambat....
MANA MAK ..... " Before baca, sila sediakan Tisu"
Mana Mak?'
Jam 6.30 petang.
Mak berdiri di depan pintu. Wajah Mak kelihatan resah. Mak tunggu adik bungsu balik dari sekolah agama.
Ayah baru balik dari sawah.
Ayah tanya Mak, “Along mana?’
Mak jawab, “Ada di dapur tolong siapkan makan.”
Ayah tanya Mak lagi,” Angah mana?”
Mak jawab, “Angah mandi, baru balik main bola.”
Ayah tanya Mak, “Ateh mana?”
Mak jawab, “Ateh, Kak Cik tengok tv dengan Alang di dalam?”
Ayah tanya lagi, “Adik dah balik?”
Mak jawab, “Belum. Patutnya dah balik. Basikal adik rosak kot. Kejap lagi kalau tak balik juga jom kita pergi cari Adik.”
Mak jawab soalan ayah penuh yakin. Tiap-tiap hari ayah tanya soalan yang sama. Mak jawab penuh perhatian. Mak ambil berat di mana anak-anak Mak dan bagaimana keadaan anak-anak Mak setiap masa dan setiap ketika.
Dua puluh tahun kemudian
Jam 6.30 petang
Ayah balik ke rumah. Baju ayah basah. Hujan turun sejak tengahari.
Ayah tanya Along, “Mana Mak?”
Along sedang membelek-belek baju barunya. Along jawab, “Tak tahu.”
Ayah tanya Angah, “Mana Mak?”
Angah menonton tv. Angah jawab, “Mana Angah tahu.”
Ayah tanya Ateh, “Mana Mak?”
Ayah menunggu lama jawapan dari Ateh yang asyik membaca majalah.
Ayah tanya Ateh lagi, "Mana Mak?"
Ateh menjawab, “Entah.”
Ateh terus membaca majalah tanpa menoleh kepada Ayah.
Ayah tanya Alang, “Mana Mak?”
Alang tidak jawab. Alang hanya mengoncang bahu tanda tidak tahu.
Ayah tidak mahu tanya Kak Cik dan Adik yang sedang melayan facebook. Ayah tahu yang Ayah tidak akan dapat jawapan yang ayah mahu.
Tidak ada siapa tahu di mana Mak. Tidak ada siapa merasa ingin tahu di mana Mak. Mata dan hati anak-anak Mak tidak pada Mak. Hanya mata dan hati Ayah yang mencari-cari di mana Mak.
Tidak ada anak-anak Mak yang tahu setiap kali ayah bertanya, "Mana Mak?"
Tiba-tiba adik bungsu bersuara, “Mak ni dah senja-senja pun merayap lagi. Tak reti nak balik!!”
Tersentap hati Ayah mendengar kata-kata Adik.
Dulu anak-anak Mak akan berlari mendakap Mak apabila balik dari sekolah. Mereka akan tanya "Mana Mak?" apabila Mak tidak menunggu mereka di depan pintu.
Mereka akan tanya, "Mana Mak." Apabila dapat nombor 1 atau kaki melecet main bola di padang sekolah. Mak resah apabila anak-anak Mak lambat balik. Mak mahu tahu di mana semua anak-anaknya berada setiap waktu dan setiap ketika.
Sekarang anak-anak sudah besar. Sudah lama anak-anak Mak tidak bertanya 'Mana Mak?"
Semakin anak-anak Mak besar, soalan "Mana Mak?" semakin hilang dari bibir anak-anak Mak .
Ayah berdiri di depan pintu menunggu Mak. Ayah resah menunggu Mak kerana sudah senja sebegini Mak masih belum balik. Ayah risau kerana sejak akhir-akhir ini Mak selalu mengadu sakit lutut.
Dari jauh kelihatan sosok Mak berjalan memakai payung yang sudah uzur. Besi-besi payung tercacak keluar dari kainnya. Hujan masih belum berhenti. Mak menjinjit dua bungkusan plastik. Sudah kebiasaan bagi Mak, Mak akan bawa sesuatu untuk anak-anak Mak apabila pulang dari berjalan.
Sampai di halaman rumah Mak berhenti di depan deretan kereta anak-anak Mak. Mak buangkan daun-daun yang mengotori kereta anak-anak Mak. Mak usap bahagian depan kereta Ateh perlahan-lahan. Mak rasakan seperti mengusap kepala Ateh waktu Ateh kecil. Mak senyum. Kedua bibir Mak diketap repat. Senyum tertahan, hanya Ayah yang faham. Sekarang Mak tidak dapat lagi merasa mengusap kepala anak-anak seperti masa anak-anak Mak kecil dulu. Mereka sudah besar. Mak takut anak Mak akan menepis tangan Mak kalau Mak lakukannya.
Lima buah kereta milik anak-anak Mak berdiri megah. Kereta Ateh paling gah. Mak tidak tahu pun apa kehebatan kereta Ateh itu. Mak cuma suka warnanya. Kereta warna merah bata, warna kesukaan Mak. Mak belum merasa naik kereta anak Mak yang ini.
Baju mak basah kena hujan. Ayah tutupkan payung mak. Mak bagi salam. Salam Mak tidak berjawab. Terketar-ketar lutut Mak melangkah anak tangga. Ayah pimpin Mak masuk ke rumah. Lutut Mak sakit lagi.
Mak letakkan bungkusan di atas meja. Sebungkus rebung dan sebungkus kueh koci pemberian Mak Uda untuk anak-anak Mak. Mak Uda tahu anak-anak Mak suka makan kueh koci dan Mak malu untuk meminta untuk bawa balik. Namun raut wajah Mak sudah cukup membuat Mak Uda faham.
Semasa menerima bungkusan kueh koci dari Mak Uda tadi, Mak sempat berkata kepada Mak Uda, "Wah berebutlah budak-budak tu nanti nampak kueh koci kamu ni."
Sekurang-kurangnya itulah bayangan Mak. Mak bayangkan anak-anak Mak sedang gembira menikmati kueh koci sebagimana masa anak-anak Mak kecil dulu. Mereka berebut dan Mak jadi hakim pembuat keputusan muktamat. Sering kali Mak akan beri bahagian Mak supaya anak-anak Mak puas makan. Bayangan itu sering singgah di kepala Mak.
Ayah suruh Mak tukar baju yang basah itu. Mak akur.
Selepas Mak tukar baju, Ayah iring Mak ke dapur. Mak ajak anak-anak Mak makan kueh koci. Tidak seorang pun yang menoleh kepada Mak. Mata dan hati anak-anak Mak sudah bukan pada Mak lagi.
Mak hanya tunduk, akur dengan keadaan.
Ayah tahu Mak sudah tidak boleh mengharapkan anak-anak melompat-lompat gembira dan berlari mendakapnya seperti dulu.
Ayah temankan Mak makan. Mak menyuap nasi perlahan-lahan, masih mengharapkan anak-anak Mak akan makan bersama. Setiap hari Mak berharap begitu. Hanya Ayah yang duduk bersama Mak di meja makan setiap malam.
Ayah tahu Mak penat sebab berjalan jauh. Siang tadi Mak pergi ke rumah Mak Uda di kampung seberang untuk mencari rebung. Mak hendak masak rebung masak lemak cili api dengan ikan masin kesukaan anak-anak Mak.
Ayah tanya Mak kenapa Mak tidak telepon suruh anak-anak jemput. Mak jawab, "Saya dah suruh Uda telepon budak-budak ni tadi. Tapi Uda kata semua tak berangkat."
Mak minta Mak Uda telepon anak-anak yang Mak tidak boleh berjalan balik sebab hujan. Lutut Mak akan sakit kalau sejuk. Ada sedikit harapan di hati Mak agar salah seorang anak Mak akan menjemput Mak dengan kereta. Mak teringin kalau Ateh yang datang menjemput Mak dengan kereta barunya. Tidak ada siapa yang datang jemput Mak.
Mak tahu anak-anak mak tidak sedar telepon berbunyi. Mak ingat kata-kata ayah, “Kita tak usah susahkan anak-anak. Selagi kita mampu kita buat saja sendiri apa-apa pun. Mereka ada kehidupan masing-masing. Tak payah sedih-sedih. Maafkan sajalah anak-anak kita. Tak apalah kalau tak merasa menaiki kereta mereka sekarang. Nanti kalau kita mati kita masih ada peluang merasa anak-anak mengangkat kita kat bahu mereka.”
Mak faham buah hati Mak semua sudah besar. Along dan Angah sudah beristeri. Ateh, Alang, Kak Cik dan Adik masing-masing sudah punya buah hati sendiri yang sudah mengambil tempat Mak di hati anak-anak Mak.
Pada suapan terakhir, setitik air mata Mak jatuh ke pinggan.
Kueh koci masih belum diusik oleh anak-anak Mak.
Beberapa tahun kemudian
Mak Uda tanya Along, Angah, Ateh, Alang, Kak Cik dan Adik, “Mana mak?”.
Hanya Adik yang jawab, “Mak dah tak ada.”
Along, Angah, Ateh, Alang, Kak Cik dan Adik tidak sempat melihat Mak waktu Mak sakit.
Kini Mak sudah berada di sisi Tuhannya bukan di sisi anak-anak Mak lagi.
Dalam isakan tangis, Along, Angah, Ateh, Alang, Kak Cik dan Adik menerpa kubur Mak. Hanya batu nisan yang berdiri terpacak. Batu nisan Mak tidak boleh bersuara. Batu nisan tidak ada tangan macam tangan Mak yang selalu memeluk erat anak-anaknya apabila anak-anak datang menerpa Mak semasa anak-anak Mak kecil dulu.
Mak pergi semasa Along, Angah, Ateh, Alang, Kak Cik dan Adik berada jauh di bandar. Kata Along, Angah, Ateh, Alang, Kak Cik dan Adik mereka tidak dengar handphone berbunyi semasa ayah telepon untuk beritahu mak sakit tenat.
Mak faham, mata dan telinga anak-anak Mak adalah untuk orang lain bukan untuk Mak.
Hati anak-anak Mak bukan milik Mak lagi. Hanya hati Mak yang tidak pernah diberikan kepada sesiapa, hanya untuk anak-anak Mak..
Mak tidak sempat merasa diangkat di atas bahu anak-anak Mak. Hanya bahu ayah yang sempat mengangkat jenazah Mak dalam hujan renyai.
Ayah sedih sebab tiada lagi suara Mak yang akan menjawab soalan Ayah,
"Mana Along?" , "Mana Angah?", "Mana Ateh?", "Mana Alang?", "Mana Kak Cik?" atau "Mana Adik?". Hanya Mak saja yang rajin menjawab soalan ayah itu dan jawapan Mak memang tidak pernah silap. Mak sentiasa yakin dengan jawapannya sebab mak ambil tahu di mana anak-anaknya berada pada setiap waktu dan setiap ketika. Anak-anak Mak sentiasa di hati Mak tetapi hati anak-anak Mak ada orang lain yang mengisinya.
Ayah sedih. Di tepi kubur Mak, Ayah bermonolog sendiri, "Mulai hari ini tidak perlu bertanya lagi kepada Along, Angah, Ateh, Alang, Kak Cik dan Adik , "Mana mak?" "
Kereta merah Ateh bergerak perlahan membawa Ayah pulang. Along, Angah, Alang dan Adik mengikut dari belakang. Hati ayah hancur teringat hajat Mak untuk naik kereta merah Ateh tidak kesampaian. Ayah terbayang kata-kata Mak malam itu, "Cantiknya kereta Ateh, kan Bang? Besok-besok Ateh bawalah kita jalan-jalan kat Kuala Lumpur tu. Saya akan buat kueh koci buat bekal."
"Ayah, ayah....bangun." Suara Ateh memanggil ayah. Ayah pengsan sewaktu turun dari kereta Ateh..
Terketar-ketar ayah bersuara, "Mana Mak?"
Ayah tidak mampu berhenti menanya soalan itu. Sudah 10 tahun Mak pergi namun soalan "Mana Mak?" masih sering keluar dari mulut Ayah sehingga ke akhir usia.
Sebuah cerita pendek buat tatapan anak-anak. Kata orang hidup seorang ibu waktu muda dilambung resah, apabila tua dilambung rasa. Kata Rasulullah saw. ibu 3 kali lebih utama dari ayah. Bayangkanlah berapa kali ibu lebih utama dari isteri, pekerjaan dan anak-anak sebenarnya. Solat sunat pun Allah suruh berhenti apabila ibu memanggil. Berapa kerapkah kita membiarkan deringan telepon panggilan dari ibu tanpa berjawab?
Posted by Ainizam at 3:01 PTG 0 comments
SEDIH
Apa yang saya tercatit di bawah mungkin sesuatu yang kadangkala memang selalu terjadi terutama di dunia yang samada dahulu maupun sekarang.Saya harap ini akan jadi renungan supaya kita dapat menghargai orang-orang yang kita sayang terutama ayah dan ibu.
Kisah Adik Dan Abang
Assalamualaikum n selamat pagi semua...
Jom baca story kat bawah nih.. agar adik2 diluar sana menghargai kasih n pengorbanan seorang insan yg bergelar ABANG...
-Surat Untuk Abang Dan Adik-
Mengisahkan kisah seorang adik yg selalu tulis surat kat abang dia..Dan dia xtau pon abg dia balas surat tu….hmmm..;(
Aku ada abg..Dah lama berpisah..Tapi aku selalu utus surat kat die yg kat kampong..Satu pon x berbalas..
2 Tahun lepas..Aku menikah tanpa izin abang..Sebab puas aku cari tapi x jumpa dia..Sepanj…ang perkahwinan aku..Aku x tenang..
Cuti sekolah yang lepas..Aku ajak suami aku balik kampong..Aku nak bersihkan rumah pusaka makl dan ayah.. Semasa membersih rumah using tu..Aku tersapu surat yang aku kirimkanpada abangku 2 tahun yang lalu..Sebelum aku menikah…suratnya macam ni..
“Khas buat abangku,
Abg, ko ingat lagi x..
Mak ngan ayah meninggal mase aku Darjah 5..ko plak Tingkatan 5.., Masa tu diorang eksiden sebab nak beli kek befday aku sebab aku baling semua perhiasan kat umah kite, sampai mak terpaksa pegi beli ngan ayah..Tapi aku hairan mase tu, ada satu bekas kaca yg aku pecahkan..tbe2 banyak air keluar..Tapi ko cepat2 lap lantai umah kite..Tapi aku x amik kisah pon sal hal tu..
Sebelum pegi, diorang cium kita berdua. Diorang cakap
“ Abg, ko jaga adik. Jangan bagi nangis. Kalo mak dah xde, ko jangan tinggal die. Ingat sket mak ngan ayah ko ni..Jangan sesekali biar die sorang-sorang “
Ko ingat x..
Sebelum diorang pegi beli kek, ko balik dari sekolah, ko belikan aku pengikat rambut warna biru, sebab ko ske warna biru kan..Tapi aku campak kat longkang belakang umah kite, Sebab aku suke warna pink. Lepas kejadian tu..ko x penah ucap bufday kat aku lagi..Sampai sekarang..
Abg, ko ingat x..
Kita hidup 2 orang je lepas tu, ko x sekolah lagi..Ko pegi mana pon aku xtau..Tapi malam malam baru ko balik dan xpernah cakap ngan aku, Ingat tak, aku masak untuk ko, Tapi ko xmakan pon..Last2 pagi esok aku nampak ayam2 yg makan.Ko x penah ucap terima kasih kat aku.
Abg, ko ingat x..
Pernah sekali aku mintak duit nak pegi sekolah, Tapi time tu ko tengah tido..Aku amik Dua riggit dalam poket jeans ko..Masa balik sekolah, ko lempang aku sampai mulut aku darah. Tapi ko x pujuk aku balik pon..Tapi keesokannya,nasib baik luka tu dah elok..
Abg, ko ingat x..
Semasa umur aku 18 tahun..ko hantar aku kat Kuala Lumpur, umah Pak Long..ko cakap ko ada hal..Tapi sampai sekarang ko x datang amik aku..Berpuluh surat aku titipkan bersama airmata aku pada kau..Kenapa tiada sebarang balasan..Kenapa abg??
Sekarang umur aku dah mencecah 26 tahun, dan umur ko dah pon 32 tahun, aku sudah pon disunting orang..Ketika hajat untuk menikah aku sampaikan surat lagi pada engkau..Kenapa kau diam je? Kenapa ko x cakap apa2? Aku perlu izinmu sebagai wali aku..
Abg,
Jika kau dapat surat ni..Katakanlah pada aku..Ada apa sebenarnya yg sedang berlaku..
Salam sayang,
Adik.”
Aku mula terasa yg teringin nak selongkar rumah pusaka ni…Yelah.. Nak balik jarang sangat..
Masa aku buka balik almari aku yang buruk yang dah kena makan anai2..Tibe ada satu kotak besar jatuh and banyak kotak2 kecik serta sampul2 surat..
Dan tiba2 aku terpandang satu surat yang cantik sangat…dan aku buka…
“Assalamualaikum..
Kehadapan adikku yang jauh di mata ..
Maafkan abg kerana tidak membalas satu pon surat yang engkau kirimkan..Kerana aku tidak berdaya sayang..
Aku masih ingat detik kemalangan mak dan ayah kita..Iye, kau pecahkan perhiasan rumah..Tahukah kau salah satu perhiasan di situ adalah hadiah untukmu?? Mesti kau tidak perasan..Yang pecah itu adalah sebuah balang ikan emas yg telah aku, ayah dan mak belikan untuk kau..Tahukah kau ayah masih berhutang dengan apek yg jual ikan tu di pekan..
Adikku sayang..
Aku tau kau tak suka warna biru..Tapi aku beli pengikat rambut itu untuk kau..Supaya kau akan ingatkan aku sentiasa bila kau pakai pengikat rambut itu..Walaupon kau dah campakkan pengikat rambaut tu..Aku dah ambil balik, dan basuh..dan telah aku letakkan dalam sebuah kotak kecil di rumah kita..Nanti kau ambil ya..
Adikku sayang..
Jangan lah kau bersedih kerana aku sudah tidak ucapkan lagi tanggal hari jadi mu..Kau pon sudah lupa ya..Pada tarikh itulah kedua orang tua kita meninggal..Aku tak sanggup melihat tangisan engkau bila aku ucapkannya..Aku harap kau mengerti..
Adikku sayang..
Tahukah kau kenapa aku hanya balik bila malam saja..Kerana aku bekerja di pekan..Mengangkat guni2 untuk letak dalam lori..Untuk menyara engkau..Untuk membeli buku sekolah engkau, makan kau, baju-baju engkau dan semua persiapan kau..Kerana masa itu,..Kau sangat terkenal dengan kecantikan kau, Ramai yg memuji..Aku harus sediakan perhiasan untuk kau..Supaya kau tidak rasa malu..Aku tidak pulang siang hari kerana aku takut jika engkau dicerca kerana abangmu yg kelihatan seperti pengemis ini..
Adikku sayang,
siapa cakap yg aku tidak menjamah masakan kau..Aku akan makan masakan itu sebelum subuh..Sebab aku perlukan tenaga untuk siang hari, dan aku makan semasa engkau tidur..Supaya jari-jarimu tidak tercedera dan kasar semasa basuh pinggan dan matamu tidak bengkak kerana menemani aku makan..
Adikku sayang,
aku malu untuk ucapkan terima kasih..Kerana engkau banyak berkorban untukku..Kau menyediakan makanku dan segalanya..Adakah ucapan itu cukup untuk membayar semuanya?? Jika aku ucapkan terima kasih..Biarlah aku ucapkan di akhir hayatku..Kerana terima kasihku untukmu adalah ntuk semua yg kau lakukan semasa hidupku..
Adikku sayang,
Maafkan aku kerana aku memukulmu..Tahukah kau mencuri dan mengambil barang tanpa kebenaran adalah berdosa? Aku tidak sanggup untuk mengherdik kau lalu aku putuskan untuk memberi pengajaran yg akan kau ingat sampai bila-bila..Betulkan..selepas kejadian itu..Kau sudah tidak mengambil barang orang lain sesuka hati kan?? Itu tandanya perbuatanku tidak sia sia kerana aku dapat mendidikmu..Dan tahukah kau aku berhempas pulas menyapu minyak dibibirmu pada malam itu ketika kau tidur?Aku keluar mencari pucuk jambu batu dan menggilingnya sehingga batu lesung itu turut menggiling tangan aku..Sakit yang amat sangat..Tapi aku tetap teruskan dan Alhamdulillah..aku Berjaya mencuci kesan minyak dan ubat itu sebelum kau bangun..Aku tidak mau bengkak itu mencacatkan wajahmu yang cantik itu..
Adikku sayang..
Maafkan aku kerana terpaksa memisahkan kau dari aku, sebenarnya..aku menghantar kau kerana aku jatuh sakit ketika itu..Mungkin kerana ketika aku bekerja kontrak di tempat pembinaan menyebabkan aku sangat terdedah pada debu dan simen..Aku terjatuh semasa kerja dan dikejarkan ke hospital..Doktor mengesahkan aku menghidapi barah peparu dimana badan ku tidak berupaya untuk memikul barang yg berat, serta pernafasan aku sudah tak selancar dulu..Patutlah aku selalu batuk batuk, sesak nafas dan pandanganku yg makin kabur..Aku terpaksa dirawat dihospital walaupon doktor menjangkakan aku xkan bertahan lama..
Sayangku..
Aku titipkan surat ni di rumah pusaka, ketika ini aku di hospital..Jika suatu hari nanti engkau pulang ke rumah kita..Bacalah semua surat2 dan bukalah semua hadiah yg aku belikan setiap tahun lebih kurang 9 tahun dahulu..Dan maafkan aku jika tidak dapat sediakan hadiah untukmu pada tahun ini..
Adikku sayang..
Mungkin tika kau membaca surat ini..Aku sudah pon tiada..Jangan kau bersedih..Di sini ada beberapa perkara yang ingin aku katakan..
Untuk menyapu rumah kita ketika aku pulang dengan pakaian dan kotor serta debu, TERIMA KASIH.
Untuk mengelap setiap barang yg aku sentuh supaya sentiasa bersih dan tiada kuman, TERIMA KASIH.
Untuk membasuh pakaianku yg busuk dengan peluh ku, TERIMA KASIH.
Untuk melemparkan senyuman dan salaman ketika aku pulang dr kerja, TERIMA KASIH.
Untuk memasak lauk kegemaranku yg kau sangka aku tidak suka, TERIMA KASIH.
Untuk mengingatiku dan menulis surat yg tidak bisa aku balas, TERIMA KASIH.
Untuk menjadi adik yang sangat aku sayangi, TERIMA KASIH.
Untuk segalanya yang kita tempuhi, suka mahupon duka, TERIMA KASIH.
Adikku sayang..
sekiranya engkau disunting seseorang..Biarkan pakcik kita menjadi walimu..Kerana aku mungkin sudah tiada..
Bahagiakanlah dirimu..Kerana itu yg aku mahukan..Jagalah suamimu dan jangan kau ingkarinya..
Salam sayang sedalam-dalamnya,
Abang.”
Di rumah pusaka itu..Aku termenung bersama jernihan airmata yg mengalir..Lantas..Aku buka satu persatu hadiah yang dikatakan..
Semuanya berwarna pink..Dan semuanya di tulis nama aku dengan tulisan yg sangat indah..Ya Allah…Aku meraung sambil menatap hadiah itu..
Ya Allah..dimanakah dapat ku cari insan semulia abangku
Posted by Ainizam at 2:52 PTG 0 comments
PENGUMUMAN
Salam semua...memang saya dah lama tidak berbicara di blog ini.Ok, di sini saya nak beritahu, jika sesiapa yang ingin melihat atau memesan cenderahati , boleh juga ke blog SUDUT KREATIVITI KU atau http://sudut-kreativiti-ku.blogspot.com
Ada beberapa cenderahati baru di sana.
Buat pengetahuan lagi, sudut kreativiti ku tak lama lagi akan mengeluarkan produk kotak cenderahati yang simple dan dengan harga yang berpatutan.
Itu saja semoga sokongan dari para pembaca dapat memberi semangat untuk saya dalam bidang cenderahati.Bukan lah mudah menceburi bidang ini kerana saya tahu ramai di antara di luar sana yang kreativ tapi kepuasan mengeluarkan idea amat bermakna dan satu kepuasan untuk saya.
Wassallam....
Posted by Ainizam at 2:39 PTG 0 comments
Labels: PENGUMUMAN